June 28, 2022

Etika Jadi Kreator Konten: Memangnya Masih Perlu?

Dalam sebuah artikel di Froyonion.com soal isu etika membuat konten di jagat TikTok, saya baru tahu bahwa di media sosial saat ini, para kreator konten itu sudah tak begitu peduli lagi dengan yang namanya "etika".

Padahal sebagaimana dunia nyata, dunia media sosial juga masih menggunakan sopan santun dan etika seharusnya. Karena bagaimanapun juga namanya juga interaksi antarmanusia. Sudah semestinya diatur berdasarkan norma dan aturan yang meski tak tertulis ya harus dipatuhi demi kenyamanan bersama.

Sekarang ini juga semakin mudah bagi siapa saja untuk menunggangi sebuah konten yang bagus dengan menjiplaknya dan menangguk untung dari ide konten tersebut.

Di media sosial, selayaknya kita juga mesti mencamtukan credit atau sumber lho seperti saat membuat skrips atau tulisan di website dan blog seperti ini.

Kalau di TikTok, tentu tidak mungkin untuk membuat bibliografi atau daftar pustaka ya! 

Akan tetapi, ada kok solusinya supaya kamu masih bisa memberikan credit ke pencipta konten yang idenya kamu gunakan.

Caranya dengan mencantumkan teks "IB" alias "inspired by" di konten kamu. Jadi orang paham tuh bahwa ide konten yang dibuat sebetulnya dari kreator lainnya yang lebih dahulu ada dan memunculkannya ke media sosial.

Kalau dipikir, ini tidak merepotkan. Justru bisa mendekatkan kita kepada kreator konten lain sehingga kita bisa dikenal sekiranya konten kita malah lebih viral dari konten pendahulunya. Jadi setidaknya kita tidak terkesan mencontek dan tidak mengakui perbuatan itu. Kalaupun meniru pun tak masalah kok asal jujur saja dan terbuka pada audiens dan kreator lain. Dengan demikian, sebuah ekosistem konten juga lebih kondusif. Para pelakunya tidak saling menjatuhkan atau mencibir, sesuatu yang sangat lazim dijumpai saat ini di tengah warganet Indonesia. (*/)

December 24, 2020

Pegang Kunci-kunci Kebahagiaan Ini Agar Bisa Lewati Pandemi

Senang rasanya bisa kembali menulis di sini. Ini blog pertama saya di tahun 2009 dan di dua pekan terakhir 2020 saya terpanggil mengisinya kembali.

Untuk kali ini saya ingin menulis sesuatu yang berkaitan dengan kebahagiaan, sesuatu yang menjadi tujuan hidup manusia. Anda mungkin berkilah bahwa tujuan hidup Anda adalah mengabdi dan beribadah pada Tuhan YME (jika Anda relijius), atau tujuan Anda untuk membahagiakan orang terkasih (jika Anda orang yang sayang keluarga), atau untuk memajukan masyarakat (jika Anda seorang aktivis). Namun, pada hakikatnya jika saya bisa lihat motivasi di baliknya juga adalah agar Anda bahagia, karena dengan mencapai semua itu Anda bisa berlega hati, atau berbangga hati. Itu juga kebahagiaan, bukan?

Pandemi Covid-19 tahun 2020 ini menjadi momen penting bagi kita semua agar meletakkan semua target dahulu dan membenahi kehidupan dan kesehatan kita, yang ujungnya juga adalah kebahagiaan kita. Kita dipaksa untuk menyendiri di rumah, banyak merenung di dalam ruangan, seperti pertapa. 

Tapi seperti pada Idulfitri 2020 lalu, pada akhir tahun ini liburan Natal dan tahun baru 2021 menjadi momen yang dimanfaatkan orang untuk mencoba mendobrak batasan dan imbauan tak bepergian dari pemerintah. Masyarakat seperti marah karena merasa dipermainkan pemerintah karena liburan akhir tahun ini dijanjikan akan lebih panjang daripada Idulfitri lalu yang sudah dibatalkan gara-gara Covid-19 dan sekarang janji manis itu masih belum terwujud juga. Mereka harus menelan pil pahit bahwa Covid-19 belum reda dan bahkan ada kemungkinan mencapai puncak kedua atau ketiga sampai vaksin benar-benar disebar merata di seluruh dunia.

Beberapa sahabat dan teman memang sudah ada yang bepergian untuk berlibur. Mereka mau berpayah-payah tes PCR, pokoknya bisa melepas diri dari kungkungan rumah yang juga sudah menjadi kantor dan sekolah bagi anak mereka.

Saya sendiri memilih tetap di rumah karena ya... memikirkan soal konsekuensi jika mesti berkerumun di tempat-tempat transportasi umum seperti bandara atau stasiun kereta. Karena konon tes PCR juga mesti mengantre dan membuat potensi tertular malah makin tinggi karena banyak orang memburu hasil tes ini supaya bisa lepas dari pasungan.

Kembali ke masalah kebahagiaan manusia, apakah liburan adalah sumber kebahagiaan sejati? 

Di tahun 1943, psikolog Amerika Abraham Maslow mengajukan sebuah teori tentang kebahagiaan. Ia berkata bahwa manusia tanpa kecuali mencari pemuasan kebutuhannya yang bisa dideskripsikan dalam bentuk piramida. Di level terbawah, ada kebutuhan dasar seperti makanan, tidur dan seks.

Di lapisan berikut ada keamanan dan rasa terlindungi, cinta dan rasa memiliki, harga diri dan akhirnya di level teratas ada aktualisasi pribadi, yang jika kita miliki akan memberikan sebuah kebahagiaan yang paripurna.

Sebuah studi tahun 2011 mencoba membuktikan keabsahan teori Maslow itu dengan mensurvei subjek di 123 negara di dunia. Sehingga hasil penelitian ini bisa dikatakan mendekati akurat karena mewakili umat manusia di beragam kebudayaan dan daerah di dunia.

Hasilnya menyatakan bahwa pemenuhan berbagai kebutuhan tadi memang benar adanya di seluruh dunia. Namun, yang patut dicamkan ialah ternyata ada manusia yang masih bisa merasakan kebahagiaan dan kepuasan hidup meskipun kebutuhan-kebutuhan dasar mereka ada yang belum terpenuhi maksimal. 

Bagi manusia, pemenuhan kebutuhan dasar seperti ada penghasilan, makanan atau rumah berkaitan erat dengan perasaan bahwa hidupnya positif dan bermanfaat.

Sementara itu, pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi seperti dukungan sosial, respek, kemandirian dan keahlian berkaitan erat dengan kenikmatan hidup. Artinya ia bisa memiliki lebih banyak perasaan positif dan mengurangi perasaan negatif.

Hanya saja ada anomali juga. Ada sebagian manusia yang merasa hidupnya sudah bahagia meski papan tak punya, jabatan tidak ada (respek), atau penghasilan tak seberapa. Sebagai gantinya, mereka ini merasa hubungan sosialnya yang kaya dan positif membuat bahagia. Dan mereka juga sanggup memenuhi aktualisasi diri dengan cara-cara yang sesuai aspirasi masing-masing.

Inilah yang membuat kita memikirkan ulang teori kebahagiaan Maslow itu. Ternyata, kepuasan dan kebahagiaan hidup tidak cuma terpengaruh oleh mutu kehidupan orang-orang di sekitarnya tetapi juga mengenai bagaimana manusia itu sendiri membangunnya.

Kelompok anomali ini adalah mereka yang sanggup hidup di tengah masyarakat namun tidak larut dalam perlombaan semu dalam pencapaian-pencapaian sementara dan tak banyak bermakna. 

Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah merasa bahagia dengan apa yang kita capai di tahun 2020 ini? Atau kita merasa masih kurang dan kurang? 

Saatnya duduk dan berkontemplasi di akhir tahun 2020 yang legendaris ini untuk menemukan jawabannya sendiri. Sebab tidak ada yang bisa membantu menjawabnya kecuali diri kita sendiri. (*/akhlis)

July 15, 2019

Resurrection

Hi there!

I'm so excited to announce that I am still blogging after 10 years.

And on this very first blog of mine, I want to announce that I am now officially working as a professional writer.

I know, this seemed a dream coming true!

But here it is. My life has tronsformed so much within ten years.

Mostly because I had started blogging here.

I applied for a job by showing this blog as part of my portfolio, and the eployer didn't seem to mind that. So unbelievable, right?

If you want to know what I've been writing while I am not posting anything new here, you are encouraged to vist my self-hosted personal blog which also functions as my online portfolio: akhlis.net.

To see more of what I have done in the writing world, kindly visit bit.ly/akhlisportfolio.



April 16, 2019

Blogging Again in 2019

It's been a while since the last time I blogged here.
While people around the globe mourn over the blaze ravaging Notre Dame Cathedral in Paris, we in Indonesia are holding our breath for the upcoming election.
This election doesn't excite me so much. Nothing big is expected to happen in my opinion. What will continue is the bickering. Who cheats on whom. And that won't end until the world ends.

January 29, 2010

How to Connect Ideas Coherently: Chronological Order

Connecting ideas correctly entails a lot of writing exercises because writing is something we can't learn by scrutinizing theories only. Try to step to the next level after we've been familiar enough with constructing simple grammatical constructions like words, phrases, clauses or sentences.

In this post, I'll provide you some expressions/ phrases which are generally used to link or connect ideas logically between two ideas. The keywords here are "clarity" and "logic". All these expressions below are meant to link our ideas in a clear and logical manner, which prove to be useful to attract readers.

January 20, 2010

Common Abbreviations and Symbols

Here's a list of common abbrevations and symbols that are easily found in Modern English:
  • A. M. : Everyone knows what it means but not all people know what this stands for. It stands for "ante meridiem". The word 'ante' means 'before' and 'meridiem'  means 'noon'.
  • e.g. : It stands for latin phrase 'exempli gratia', meaning 'for example'. Avoid this in writing a composition, write 'for example' or 'for instance' instead.
  • & : We know this symbol means 'and' but do we know how is this symbol called? It's called ampersand. Never use ampersand in a composition. It is used as a part of a name, title, or quotation.
  • etc. : This abbreviation stand for a Latin origin expression 'et cetera'. Use 'and so on' or 'and so forth' in a composition to replace the use of 'etc'.
  • et al : It is written after a list of names to mean that other people are also involved in something (for example in writing a book). For example: James Fitzgerald, et al.
  • ca. : It is pronounced 'circa' meaning 'about' or 'approximately', for example "The old church was built ca. 1800."
  • ibid : Sometimes it is also written out 'ibidem'. Usually 'ibid' is written in a formal writing to mean 'from the same book, writer, or article as the one that has just been mentioned'.
  • P. M. : It stands for "post meridiem" (after noon).
  • i.e. : It stands for "id est", a Latin term for "that is to say/ in other words".
  • a/c : You can find this on a check. This means 'account'.
  • ASAP : This stands for 'as soon as possible'.
  • BYO : It means 'bring your own'. When you're invited to a party or gathering, and the party is BYO, it means you have to bring your own food to eat there.
  • Ltd. : It stands for 'limited'.
  • RSVP :It is used on an invitation to request a response. It is derived from a French expression.
  • Bro./ Bros. : It stands for "brother/brothers". A family company usually uses this.
  • CV : It stands for 'curriculum vitae'. In American English, it is called 'resume'.
  • DIY : Do-it yourself (DIY) things can be done without anyone else's help.
  • est. : We can see this on some billboards belonging to some big and old companies. It stands for 'established'. The words 'est. 1912' means a company/ building was built in 1912.
  • HQ : It means 'headquarter'.
  • NB : It stands for 'nota bene'. It is usually written in the end of a letter, meaning 'take notice/note well'.
  • PS : It stands for a Latin expression 'post scriptum', meaning 'written after something'.
  • oz. : It is derived from 15 century Italian term 'onza'. It means 'ounce'. You are likely to see this on products' packages.
  • lb(s) : It is the written abbreviation of 'pound' in weight.

January 17, 2010

Commonly Misused Words: Quiet, Quite, and Quit

There are a lot of generally misused words. These words usually have exactly similar spelling  with different meaning (homograph), similar pronunciation with different spelling (homophone), or similar spelling and pronunciation with different meaning (homonym). They may cause trouble for either a novice or an advanced learner.


Here are some examples:
  • Similar spelling but carrying different meaning (homograph) e.g. 'fair' (adj) may mean 'not excessive/ extreme' or 'very pleasing to the eyes' or 'lacking exceptional ability/ quality'.
  • Similar pronunciation with different spelling (homophone) e.g. 'bear' and 'bare' (both are pronounced /behr/)
  • Similar spelling and pronunciation with different meaning (homonym) e.g. 'fair' (adj), chest (noun) which may mean 'part of human torso' or 'a box with a lid', or 'furniture with drawers for keeping clothes'.